kantor pagi hari...
masih sepi....ob pun belum datang.
masih agak ngantuk dan hawa agak dingin, membuatku ingin segelas teh panas manis. aku pun mengeluarkan teh dari laci dan segera beranjak ke pantry. aku merasa aman karena ada sebuah gelas dan air di dispenser (air barang langka di kantor kami jika hari masih pagi).
kuseduh teh....saat ingin menambahkan gula........aku terpaku karena tempat gula kosong, tidak seperti biasanya. aku pikir, ob masih menyimpan persediaan di tempat persembunyian mereka.
10 menit berlalu....
salah seorang ob pun datang...
aku langsung menodongnya dengan meminta gula.
"yud, gula habis....?"
"iya...."
"gak punya persediaan....?"
"sekarang jatah gula dikurangin dari atas, jadi gula gak boleh lagi buat karyawan, cuma boleh buat tamu ma kadiv"
DOENGGGG...........
gula sepertinya akan jadi barang "mewah" di kantorku....
btw, apalagi ya besok yang jadi gak boleh buat kami.......?
Monday, July 23, 2007
Thursday, July 19, 2007
seragam
cuma gara-gara seragam.....
smuanya ribut.....
sepertinya ada yang gak mau disatukan dalam sebuah kesamaan....
aku memaksa memang untuk menyatukan dan menyamakan mereka, karena aku ingin kesetaraan di hari besar nanti.....
smuanya ribut.....
sepertinya ada yang gak mau disatukan dalam sebuah kesamaan....
aku memaksa memang untuk menyatukan dan menyamakan mereka, karena aku ingin kesetaraan di hari besar nanti.....
Monday, July 09, 2007
hari sudah mulai gelap...hanya ada sebuah lampu minyak dan sedikit cahaya dari kompor tungku, untuk menerangi rumah...alhasil, aku sedikit gagap dengan gelapnya rumah gedheg yang sangat sederhana itu. ditambah lagi dengan kabut yang mulai tebal dan sesekali menyusup di sela-sela dinding bambu.
aku memilih duduk di dekat tungku. selain menghangatkan badan, ada cukup pencahayaan...
di sebelahku, duduk seorang gadis, kalau masih boleh dibilang gadis - karena dia ibu muda, sangat muda, berusia 17 tahun tapi sudah punya seorang anak berusia 21bulan...sambil ngobrol, dia memasak nasi dan air panas. tak lama, nasi matang, air panas pun matang. dia pun kemudian membuka dua bungkus mie instant. dan menyeduhnya dengan air panas. mie instant tak ia masak lagi. persis seperti metode pembuatan mie gelas atau pop mie.
ibu muda itu kemudian menyiapkan beberapa piring seng di meja yang tadi aku jadikan tempat dudu....
"mbak....dimaem dhisik iki....." sahutnya
aku tak menyangka, makanan yang tadi ia masak, ia siapkan untukku dan dua temanku.
aku tak tega untuk memakannya. aku langsung berpikir, pasti sulit untuknya membeli dua bungkus mie instant dan menanak nasi sebanyak itu. aku juga membayangkan bagaimana dia tadi mencuci gelas dan piring yang akan aku gunakan.....duh....jelas jauh dari standar bersih dan sehat...
aku berusaha menolak secara halus. tapi tak mempan. ia tetap memaksaku untuk memakannya. akhirnya aku memakannya.
selesai makan, kami pamit. seperti biasa, di ahkir pekerjaanku, aku - selaku wakil kantor - memberikan bingkisan. aku memberikan amplop kecil kepadanya. isinya pun tak seberapa. tapi...
"moh aku mbak.....aku ndak gelem...."
"mbak...ini buat mbak...buat bantu ngobatin ibu..."
"ndak mbak.....aku ndak gelem nrimo....aku bantu ibuku sak isoku....aku ndak mau nrimo iki..."
kaget...bener-bener kaget....
dia menerimaku dan "meladeni" permintaanku dan timku, benar-benar dengan ketulusan hati... tanpa pamrih...
ternyata.....
masih ada ketulusan di bumi ini..........
aku memilih duduk di dekat tungku. selain menghangatkan badan, ada cukup pencahayaan...
di sebelahku, duduk seorang gadis, kalau masih boleh dibilang gadis - karena dia ibu muda, sangat muda, berusia 17 tahun tapi sudah punya seorang anak berusia 21bulan...sambil ngobrol, dia memasak nasi dan air panas. tak lama, nasi matang, air panas pun matang. dia pun kemudian membuka dua bungkus mie instant. dan menyeduhnya dengan air panas. mie instant tak ia masak lagi. persis seperti metode pembuatan mie gelas atau pop mie.
ibu muda itu kemudian menyiapkan beberapa piring seng di meja yang tadi aku jadikan tempat dudu....
"mbak....dimaem dhisik iki....." sahutnya
aku tak menyangka, makanan yang tadi ia masak, ia siapkan untukku dan dua temanku.
aku tak tega untuk memakannya. aku langsung berpikir, pasti sulit untuknya membeli dua bungkus mie instant dan menanak nasi sebanyak itu. aku juga membayangkan bagaimana dia tadi mencuci gelas dan piring yang akan aku gunakan.....duh....jelas jauh dari standar bersih dan sehat...
aku berusaha menolak secara halus. tapi tak mempan. ia tetap memaksaku untuk memakannya. akhirnya aku memakannya.
selesai makan, kami pamit. seperti biasa, di ahkir pekerjaanku, aku - selaku wakil kantor - memberikan bingkisan. aku memberikan amplop kecil kepadanya. isinya pun tak seberapa. tapi...
"moh aku mbak.....aku ndak gelem...."
"mbak...ini buat mbak...buat bantu ngobatin ibu..."
"ndak mbak.....aku ndak gelem nrimo....aku bantu ibuku sak isoku....aku ndak mau nrimo iki..."
kaget...bener-bener kaget....
dia menerimaku dan "meladeni" permintaanku dan timku, benar-benar dengan ketulusan hati... tanpa pamrih...
ternyata.....
masih ada ketulusan di bumi ini..........
Subscribe to:
Posts (Atom)