Friday, February 18, 2005

Wanita Perkasa

Sabtu dini hari, aku ngobrol dengan sepasang suami istri di stasiun Tebet. pasangan lanjut usia... mereka berdua baru tiga hari tinggal di emperan stasiun tebet. tidur beralas kardus, dengan kondisi suami yang lumpuh dan perut serta kemaluan membesar (tapi aku tidak melihat langsung kemaluannya yang membesar, aku menolak melihat, meskipun sudah ditawari).
sebelum aku mengajak mereka bicara, aku menyaksikan sang istri yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. awalnya aku mengira, dia ingin ke kamar kecil. ternyata dugaanku salah. dia bangun dari tidurnya, duduk di samping suaminya yang masih terbaring, membuka sarung suaminya, dan.....mengganti sarung suaminya dengan sarung lainnya, karena suaminya ngompol....
ibu itu mengerjakannya dengan sangat tenang dan telaten, sudah sangat terbiasa kelihatannya....tanpa berkata sepatah katapun.....semuanya dilakukan dalam kebisuan.........
trenyuh aku melihatnya...
aku semakin terkesan saat mendengar cerita dari nya.
dibalik ketenangannya, ibu beranak empat itu menyimpan berjuta kenangan pahit......dari melarikan diri dari suami pertamanya (yang dirawat sekarang adalah suami keduanya), harus merelakan dua anaknya diasuh orang lain (anak pertama dan ketiganya sejak kecil "diberikan" ke tetangga mereka, yang pertama di kalimantan, yang ketiga di sulawesi), sampai harus menjual rumahnya yang di klender demi membiayai pengobatan suami tercinta....dah sekarang si ibu harus mengemis di kereta untuk menopang kehidupan mereka....
semua penderitaan ditelannya sendiri, karena dia merasa, suami yang dirawatnya sekarang inilah yang menyebabkan semua musibah itu.....
yang membuatku heran, bagaimana ibu itu bisa terlihat begitu ikhlas mengabdi kepada suami-nya yang lumpuh, sedangkan dari lubuk hatinya, sebenarnya ada amarah terhadap suaminya itu???!!!!
jadi, apakah dia bisa dikategorikan wanita perkasa....?

Thursday, February 17, 2005

Hidup Penuh Pilihan....

Seminggu yang lalu, aku liputan di Bandung. hasilnya, aku mewawancarai seorang mantan gay!
aku tercenung saat mendengar semua penuturannya, yang mengalir begitu lancar dan deras....
Namanya arie. tentulah dia laki-laki......umurnya 31 tahun. kalau dilihat sekilas, penampilannya biasa saja, lazimnya lelaki. tapi kalau sudah mendengar dia berbicara.........wow........suaranya mirip sekali dengan suara perempuan, apalagi kalo ngobrol dengan dia lewat telepon..... pasti terkecoh.........begitu pula dengan aku. aku sempat kebingungan memanggil dia, aku harus memanggil dia dengan sapaan apa?mas kah?bapak? atau mbak?jelas, pada saat itu aku takut salah, dan takut membuat dia tersinggung. bahaya kan kalo sampai dia marah.....bisa-bisa aku kehilangan narasumber......
dia tertawa mendengarku gelagapan. akhirnya disepakati untuk memanggil dengan nama langsung.
akhirnya, aku bisa mewawancarai dia dengan lancar....sampai aku kebanjiran informasi.........
hampir setiap kalimat yang meluncur dari bibirnya yang penuh itu membuatku hanya bisa terdiam....tak kusangka, dunia-nya bisa begitu penuh warna, walaupun dipenuhi dengan warna yang kusam.....
sampai-sampai dia berani menghujat tuhan....

ARIE
“yang pertama saya mesti nyalahin tuhan kalau memang tuhan itu baik, kenapa ketika saya ditendang-tendang, tuhan diem aja, kenapa ketika saya diciptakan, gak langsung jreng jadi wanita, kenapa tuhan nyiptain saya begini dan itu di agama-agama ditentang”

Aku sampai sekarang belum bisa menyimpulkan, kejadian mana yang begitu berperan dalam pembentukan perilakunya yang menyimpang itu.

ARIE
“orang tua pingin punya anak perempuan, nah begitu saya lahir…eh…saya mulai diperlakukan seperti perempuan, mungkin karena ketidakmengertian orang tua saya gitu dan karna kemiskinan keluarga saya untuk membeli baju lebih baik untuk beli beras, dan saya diberi baju cicik saya, kakak saya, baru menyadari bahwa itu kesalahan yang tidak disengaja, pikirnya lucu anak kecil, gak pa-pa lucu, nanti kalo udah gedhe kan malu sendiri”

ARIE
“melakukan hal-hal yang biasa, eh, di keluarga saya kan?gak ada yang bantu mama saya gitu, jadi otomatis saya bantu mama saya, masak, nyapu, pekerjaan perempuan”

ARIE
"umur 2-3 tahun saya mulai, bukan 2-3 tahun ya mungkin..eh yah..2 tahun ya..saya suka ditidurin sama anak laki-laki remaja ya…itu hampir setiap hari”

ARIE
“kebetulan saya tinggal di salah satu asrama begitu, dan beberapa orang pemuda begitu ya…yang hampir tiap malam pasti meminta saya untuk memijit atau menemani mereka, tapi mereka juga melakukan hal-hal yang sebetulnya sempat merusak diri saya”

ARIE
“saya tuh tidak mengerti waktu itu, Cuma ada sesuatu yang memberi kenikmatan yang saya sendiri gak tau karena masih kecil waktu itu”

ARIE

“pada dasarnya dalam diri saya juga merasa nyaman main dengan wanita. Lebih enak dengan mereka. Saya bisa nyambung. Gak ada ribut. Gak ada apa. Saya bisa mengekspresikan apa yang saya mau gitu, malah dalam waktu main dengan wanita, saya selalu jadi wanita, jadi ibu atau apa”

ARIE
“sebetulnya saya ingin bermain dengan laki-laki ya..tapi saat saya ingin bermain, saya ditendang…udah diolok-olok….diejek…oh bencong lu…gini-gini”

ARIE
“waktu puber itu, awalnya saya punya temen deket itu dari SD, waktu puber sih biasa-biasa saja hubungan kami, tapi setelah puber, saya mulai ada dorongan-dorongan sexual, kan itu ke temen saya, suka….cowok…saya mulai, kok saya ada begini, tapi saya gak mungkin ngomong, ngomong sama siapa, mulai lirik-lirik cowok…”

ARIE
“tapi dari saya sendirinya, saya takut, saya gampang sekali jatuh cinta dengan cowok, dan lagi gak mungkin saya membangun itu, jadi saya memendam saja, agar tidak merasakan itu, saya coba menghindari, ya tapi mereka nganggep saya bencong”

Walaupun terkejut, aku berusaha memahami kelainan dia.tapi ada satu hal yang benar-benar tidak kumengerti, kenapa dia memillih jalan untuk sekolah theologia.....

ARIE
“saya masuk sekolah theologi tahun 97, saya sekolah theologi bukan pengen jadi pendeta, bukan kepengen mempelajari agama atau apa, saya kepengen masuk theologi karena saya itu melihat satu prospek, kan belum ada tuh pengkhotbah waria di dunia kristen, kenapa gak?”

Bahkan, dia sempat menjadi seorang guru agama di Tangerang.

ARIE
“saya udah bener-bener tentang batin, apalagi di pendidikan agama ada satu segmen yang mengajarkan pendidikan sexual, dan salah satunya penyimpangan sexual. Saya tetap bilang itu gak boleh, gak boleh, tapi dalam hati saya munafik lu, barusan nglakuin apa dengan siapa, sekarang kamu ngajarin apa”


ARIE
“awalnya murid-murid saya tidak bisa menerima saya, wah kita kok diajar guru bencong, ya tapi setelah tiga bulan kemudian saya mencoba untuk memberikan sesuatu yang baru buat mereka, dan mereka rasa mendapatkan ilmu yang cukup dan akhirnya mereka sangat sayang pada saya”

Suaranya yang mirip suara perempuan, dimanfaatkannya untuk bekerja di layanan phonesex!

ARIE
“dulu itu saya orangnya gagap, gagap dan gugup, karna faktor keluarga, na…waktu saya kerja itu alat komunikasinya Cuma nge-brik, saya belajar, ternyata respon dari beberapa orang itu dipanggilnya saya itu mbak, saya baru tau suara saya perempuan, na…baru saya dapat satu komunitas, saya bisa mengekspresikan kewanitaan saya, nama saya dulu monica, keluar dari situ, saya kenal dengan teman saya, dia punya usaha phone sex, ilegal tentunya. nah dari situlah saya mulai melayani orang-orang berfantasi, dan itu dari jam 9 sampai jam 4 pagi”

Seperti kisah dongeng, kisah arie-pun berakhir bahagia. Arie memilih untuk kembali menjadi lelaki sejati...

ARIE
“harapan saya bisa menjadi laki-laki seutuhnya dan bisa membentuk sebuah keluarga”

Entahlah.....saat mendengar dia bilang sudah 6 bulan tidak berhubungan dengan laki-laki, dan mencoba mencintai wanita, rasa ragu dan tidak percaya menyergapku..... semoga saja keraguanku yang tidak beralasan itu salah....semoga, arie benar-benar bisa membangun keluarga yang bahagia........